Resensi Novel Setelah Kamu Pergi - Dwitasari

Setelah Kamu Pergi
(Dwitasari)



Identitas Buku

Judul Novel                 : Setelah Kamu Pergi
Pengarang                   : Dwitasari
Penerbit                       : Penerbit Bentang  Belia
TahunTerbit                 : 2017
TempatTerbit               : Yogyakarta
Tebal                           : 170 Halaman
ISBN                           : 978-602-430-101-9


Novel ini menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang kuliah dan merasakan patah hati karena cinta. Patah hatinya disebabkan karena ditinggalkan seorang kekasih pada saat sedang cinta-cintanya, menjadi orang ketiga, bertemu dengan laki-laki yang mempermainkan perasaannya lagi, dan hanya singgah pada saat kekasihnya sedang bosan atau marah.

Kisah yang diceritakan dalam novel ini sangat remaja. Mendorong rasa baper pada mereka yang pernah sakit hati dan ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya. Dwitasari berusaha menggunakan apa yang sedang booming pada kehidupan remaja saat ini. yaitu kisah cinta remaja yang sederhana, singkat, kemudahan mengatakan cinta, dan akhirnya ditinggalkan begitu saja.

Novel ini menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh remaja-remaja Indonesia. Sesuai dengan tujuannya novel ini ditulis untuk membantu mengobati sakit hati para remaja perempuan yang ditinggalkan ketika sedang cinta-cintanya. Dwitasari berusaha memberikan gambaran patah hati dan hancurnya perasaan karena cinta yang ia buat sendiri, bahwa perempuan memang sangat mudah mencintai orang yang memberikan perhatian lebih dan memberikan harapan-harapan indah kepadanya. Secara tidak langsung penulis mengajak pembaca yang sedang patah hati untuk menikmati rasa sakitnya, menerka kesalahan yang tidak boleh diulang lagi, dan bangkit dari patah hati untuk menjadi yang paling kuat.

Novel Setelah Kamu Pergi dihiasi dengan banyak quote yang semakin membuat pembaca tidak merasa bosan saat membacanya. Diawal novel dan di setiap perpindahan bab cerita pembaca langsung disuguhkan dengan quote, misalnya seperti ini:

“Untukmu yang pernah terlalu sayang hingga terlalu terluka. Percayalah cinta yang terlalu, akan menyakitimu dengan sakit yang terlalu.”
“Aku selalu ingin berada di dekatmu meskipun kenyataan yang harus kuterima adalah kamu tidak akan berada lagi di sampingku.”
“Air mataku tak pernah kamu gubris. Tangisku tak pernah begitu penting bagimu. Apakah memang aku tidak lagi menjadi siapa-siapa buatmu?”

Kutipan novel

Dulu, saat kita masih bersama melewati penghunjung senja, kau sering bertanya, “Kalau aku sudah tidak ada lagi di sisimu, apa yang kau lakukan?”

Aku dengan santai menjawab, “Aku akan mencari seseorang yang mau bersama-sama menikmati penghujung senja denganku.”

Dan, kau akan cemberut dan mencubiti pinggangku karena kesal dengan jawabanku. Sementara aku akan tertawa, menikmati wajah lucumu saat cemberut. Kau makin kesal dan terus menyerangku dengan cubitan kecilmu. Pada akhirnya aku menyerah dan berkata, “Kau tidak akan kemana-mana. Kau akan selalu di sini. Menemaniku menikmati sepotong penghujung senja.”

“Kenapa kau begitu yakin aku akan selalu bersamamu?”

Aku tersenyum, merengkuh tubuhnya untuk merebahkan kepala di bahuku. “Karena takdirmu memang begitu. Lagipula, kau juga ingin selalu bersamaku.”
Tapi kini, apa yang kau tanyakan dulu benar-benar terjadi. Tiba-tiba kau pergi. Begitu tiba-tiba. Begitu mendadak. Tanpa sempat memberiku kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu yang ditakuti banyak orang: KEHILANGAN.

Dan aku tersesat dalam ketidakpastian. Mencari-cari dirimu. Mengais-ngais segala hal yang berkaitan denganmu, sekecil apapun itu. Menggali memori yang menyimpan kenangan tentangmu. Hanya untuk membuat keadaan terasa sama saat ada dirimu. Tapi, itu semua tak cukup. Kehadiranmu tetap tak tergantikan. Keadaan tak juga berujung sama. Aku berada dalam kegamangan.

Sekarang, aku melewati penghujung senja sendirian. Tanpa seorang teman, yang dulu sering kukatakan akan kucari untuk menggantikanmu. Tapi seperti yang kubilang, tak ada yang benar-benar mampu menggantikanmu. Yang ada hanya pikiranku yang terus bertanya-tanya, “Mengapa takdir bisa berakhir begini?” Tapi sesering apapun aku bertanya, jawaban itu tak kunjung turun untuk membuat pengertian. Hingga tanpa sadar, telah banyak senja yang terlewati dan pergi. Dan di setiap penghujung senja aku selalu melihat bayang dirimu, yang lamat-lamat melebur menjadi debu. Lalu, lenyap bersama senja yang berganti gelap.

Kini, setelah kau pergi aku menyadari sesuatu: tanpamu semuanya tak akan pernah sama lagi.

Identitas Penulis

Lahir di Jakarta pada 8 Desember 1994, gadis  bernama Dwitasari ini telah menghasilkan 13 buku, 4 film, dan 1 album musik sejak 2012. Bersama Bentang, telah terbit buku Dwitasari yang berjudul Raksasa Dari Jogja, Jatuh Cinta Diam-diam, Memeluk Masa Lalu, Spy In Love, dan Setelah Kamu Pergi. Juga buku Dwitasari berisi kolaborasi cerpen yaitu Cerita Cinta Kota, Cerita Horor Kota, dan Jatuh Cinta Diam-diam 2. Buku Setelah Kamu Pergi juga merupakan kerjasama Dwitasari bersama penerbiy Bentang.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.