Resensi Novel Koala Kumal karya Raditya Dika





Judul                           : Koala Kumal
Pengarang                   : Raditya Dika
Tebal halaman             : 247 halaman
Tahun terbit                 : 2014
Cetakan ke                  : 2
Penerbit                       : Gagas Media
Tempat Terbit              : Jakarta
ISBN                           :  978-979-780-769-6


Selain main perang-perangan, gue, Dodo dan Bahri juga suka berjemur diatas mobil tua warna merah yang sering diparkir di pinggir sungai samping kompleks. Formasinya selalu sama: Bahri dan gue tiduran di atap mobil, sedangkan Dodo, seperti biasa, agak terbuang, di atas bagasi.

Kadang kami tiduran selama setengah jam. Kadang, kalau cuaca lagi sangat terik, bias sampai dua jam. Kalau cuaca lagi sejuk dan tidak terlalu terik, kami biasanya sama-sama menatap kearah matahari, memandangi langit sambil tiduran. Kalau sudah begini, Bahri menaruh kedua tangannya di belakang kepala, sambil tiduran dia berkata, ‘Rasanya kayak di Miami, ya?’ ‘iya’, jawab gue. ‘iya’, jawab Dodo. Kami bertiga gak ada yang pernah ke Miami.

Sinopsis

Koala kumal ini bercerita seputar patah hati, dari bang Dika yang masih SD kemudian ketika SMA sampai jadi mahasiswa atau bahkan yang masih hangat-hangatnya setahun yang lalu. Semuanya dikupas dan dituangkan disini. Dari bab pertama menceritakan tentang persahabatan antara bang Dika, Bahri dan Dodo yang membuatnya beralih dari video game ke petasan jangwe lalu berakhir pada layangan “Layangan hijau yang putih itu melayang lemah tanpa arah, seperti abege yang gagal move on” . Pada bab 2 menceritakan adegan lucu yang harus diambilnya pada pembuatan film Cinta Brontosaurus, gila ini adegan asli diambil dari kutipan bokapnya. Mungkin agak kurang pantas jika di kutip disini, penasaran ? baca ya(koala kumal). Bang Dika tanpa ragu dan secara blak-blakan menulis apa yang ingin dia tulis, benar-benar membuat pembaca ngakak tanpa henti. Kombinasi komik yang diselipkan dalam beberapa cerita di buku ini membuatnya terlihat menarik dan menyegarkan mata. Dalam twitternya, bang Dika mengatakan bahwa favorite part nya adalah “Perempuan tanpa Nama” pada bab 8 halaman 117. Perempuan tanpa nama, jelas menggambarkan orang-orang yang berhasil ditemuinya tanpa diketahui namanya. Ada tiga perempuan yang disebutkan disini, perempuan pertama yang ditemuinya di tempat makan (olahan ayam). Waktu itu bang Dika masih duduk di bangku SD, dan dia naksir sama perempuan yang duduk di meja sebelahnya. Dika hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia bahkan bolak-balik ke toilet, masih nongkrong padahal minuan sudah habis hanya demi melihat perempuan berkucir kuda itu. Akhirnya dia harus menelan pahit begitu melihat punggung perempuan itu menjauh dan hanya bisa mengenalnya sebagai perempuan tanpa nama. Yang ke dua, perempuan tanpa nama hadir di pesawat yang mengantarnya terbang ke Bali. Ya, dia seorang pramugari cantik putih tinggi sudah pasti perfect dimata bang Dika. Tapi, belum saja kenal dan tahu namanya salah seorang penumpang pesawat menegurnya di toilet “Mas kalau kencing jangan berceceran dong” disini tawa beradu. Pramugari itu menatapnya jijik, dan mengalah membersihkan toiletnya. Kasihan sekali bang Dika jadi korban fitnah, umur 18 tahun mau dapat perempuan cantik, gagal lagi gagal lagi. Dan perempuan tanpa nama yang terakhir adalah yang ditemuinya di tempat perbelanjaan, bang Dika ngumpet-ngumpet diantara baju-baju yang dijual demi bisa lihat perempuan itu diam-diam. Mengingat sudah 2 kali gagal kenalan dengan perempuan yang ditaksir, kali ini bang Dika memberanikan diri. Dengan gaya sok tajir membawa banyak baju, bang Dika justru disangka pelayan toko tersebut. Betapa memalukan bang !! Buang muka lo !! Kadang pembaca yang membaca part ini pun turut berduka pada pengorbanan  bang Dika. Setidaknya pasti diantara para pembaca pernah mengalaminya.

Bab yang unik dan paling ngakak menurut aku adalah ketika bang Dika  di Thailand. Kala itu bang Dika lagi mencoba aplikasi pencari jodoh bernama Tinder atas usulan parter kerjanya di Bangkok. Semacam facebook tapi sedikit berbeda, dimana kita bisa melihat foto dan kutipan profilnya. Jika kita tertarik kita  like fotonya, dan pilihan bang Dika jatuh pada perempuan bernama Moo usia 21 tahun dengan rahang agak besar dan terlihat percaya diri. Pikirnya Moo tidak mungkin suka dengan bang Dika yang pendek dan tampang seadanya. Siapa sangka ternyata perempuan cantik itu memberikan respon balik dan minta ketemuan. Bukan dapat bidadari tapi dapatnya bidadara alias waria, karena di profil tindernya Moo tertulis LB (Lady Boy) dan bang Dika tidak memahami soal itu. Bagaimana seandainya mereka menikah ? dan … Hentikan Dika !!!!

Banyak lagi bab-bab seru di buku koala kumal ini. Bahasanya tidak susah, bisa segala umur karena lekat dengan kehidupan sehari-hari. Sayangnya beberapa cerita klimaksnya kurang greget, seperti pada bab “Balada lelaki tomboi, panduan cowok menghadapi penolakan dan aku ketemu orang lain”. Part yang keren dan diksinya apik, akan tetapi kalimat utuk klimaksnya kurang kresss. Pada bab penutup bang Dika dengan cerdik menulis alasan melih judul Koala Kumal. Digoresnya sedikit kisah, dimana mantannya tidak lagi sama seperti dulu dan mengumbar sinyal balikan. Bang Dika teringat dengan koala yang ditemukannya di stitus internet, koala yang meninggalkan hutan sebagai tempat tinggalnya namun ketika ia kembali tempatnya terasa berbeda. Dari sanalah akhirnya diambil sebagai judul bukunya yang ke 7 “KOALA KUMAL” .


KEUNGGULAN

Novel ini memiliki ciri khas menggabungkan komedi, cinta, tips,dan pengalaman hidup menjadi satu. Setiap cerita dalam novel ini tidak berkesinambungan satu sama lain. Tetapi, setiap cerita memiliki pelajaran yang dapat diambil oleh pembaca. Penulis buku ini menggunakan bahasa dan format penulisan yang tidak biasa , sehingga membuat pembaca tertawa terpingkal-pingkal. Bahasa yang digunakan pada buku ini sangat santai dan dapat menggambarkan apa yang terjadi didalam cerita.

KELEMAHAN

Terdapat kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.