Resensi Novel Tapak Jejak - Fiersa Besari



Judul: Tapak Jejak
Penulis: Fiersa Besari
Penyunting: Juliangar R. N.
Penyunting Akhir: Fenisa Zahra
Pendesain Sampul: Widuri Dwi Astuti
Penerbit: Media Kita
Terbit: 17 Agustus 2019
Ketebalan: 316 Halaman
Ukuran: 13 x 19 cm

Sinopsis

"Bulan April, tahun 2013, berawal dari niat dan tujuan yang berbeda, tiga pengelana memulai sebuah perjalanan menyusuri daerah-daerah di Indonesia. Meski akhirnya teman seperjalanan satu per satu memilih arah pulang, langkah yang sudah dijejakkan harus diteruskan.

Tapak Jejak akan melanjutkan perjalanan Arah Langkah, mengunjungi daerah-daerah di wilayah timur Indonesia, menelusuri keindahan alam, budaya, dan tradisi, menembus dinding kegelisahan akan makna keluarga dan rumah.

Namun, satu hal yang tidak akan pernah berubah bahwa sejauh apa pun kaki melangkah, hati kita akan selalu menemukan arah pulang menuju satu tempat yang paling tepat; rumah."

Setelah sampai di Miangas, Bung melanjutkan perjalanannya ke Indonesia bagian timur. Karena sahabatnya Baduy dan Prem memilih pulang maka Bung melanjutkan pengelanaannya bersama seorang sahabat barunnya bernama swarandee.

Dari Ternate lanjut lagi ke Sorong dan sahabat yang menantinya disana adalah pemuda bernama Sakti dan pada akhirnya Bung menginjakkan kaki di Raja Ampat dan menepati janjinya untuk memangkas gundul rambut gondrongnya.

Selepas dari Raja Ampat bersama sahabatnya yang bernama Sarah, mereka melanjutkan perjalanannya menuju Manokwari, terus berlanjut ke Jayapura dan ke daerah paling timur Indonesia yakni perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini "Merauke".

Sepulang dari Merauke, Bung elanjutkan perjalanannya ke Ambon dan Banda Naira dan berkesempatan ke daerah Pulau Ora. Yang pada akhirnya memilih untuk menyambangi Rindu yang ditinggalkan di Pulau Jawa. Bandung.

"Aku Tersenyum. Ternyata benar, seiring perjalanan, kita akan mengerti bahwa yang pernah membahagiakan dan menyakiti kita berperan penting dalam menjadikan siapa diri kita hari ini".

"Segenggam rindu membuat ribuan kilometer tidak lagi berarti. Semoga kali ini, jarak takkan lagi jadi penghalang".

"Berhenti berlari, terima kenyataan, lalu pulang untuk melanjutkan hidup".

"Petualangan nggak berakhir saat kamu pulang, kamu enggak kalah saat kamu mengalah".

"Hidup adalah perjalanan panjang yang tak akan pernah kita ketahui keraha mana kita akan dibawanya, nikmati suka dukanya lalu ambil hikmahnya".


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.